BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 16 Maret 2010

Kepulauan Bangka Belitung


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P.Pongok, P. Mendanau dan P.Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antaretnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj.Gubernur yakni H.Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.

Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatra Selatan.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung

Kepulauan Galapagos


Kepulauan Galápagos atau Galapagos saja adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari 13 pulau-pulau berapi dan bebatuan yang terletak di Samudra Pasifik sekitar 1.000 kilometer sebelah barat pesisir Amerika Selatan.

Secara politis, Galapagos merupakan bagian dari Ekuador. Pulau tertuanya berusia sekitar 4 juta tahun dan yang termuda masih sedang dalam proses pembentukan. Galapagos memang merupakan salah satu daerah gunung berapi yang paling aktif di dunia.

Galapagos terkenal karena jumlah spesies endemisnya yang besar dan penelitian yang dilakukan Charles Darwin yang membawanya menemukan teori seleksi alam.

Kepulauan ini dibagi kepada dua belahan: utara dan selatan khatulistiwa. Garis khatulistiwa melewati bagian utara pulau terbesar, Isabela.

Galapagos ditetapkan sebagai cagar alam pada 1959, melindungi 97,5% wilayah kepulauan ini. Sisanya diberikan kepada pemukiman manusia yang sudah ada pada waktu itu. Sekitar 1.000 hingga 2.000 orang tinggal di sana. Pada 1972 sebuah sensus dilakukan dan sejumlah 3.488 jiwa tercatat. Hingga 1980-an, jumlah ini telah meningkat hingga 15.000 orang.

Pada 1986 lautan di sekitarnya dinyatakan sebagai cadangan kelautan. UNESCO menetapkan Galapagos sebagai Situs Warisan Dunia pada 1978 yang kemudian diperpanjang pada Desember 2001 untuk memasukkan wilayah cadangan kelautan. Yayasan Charles Darwin yang didedikasikan untuk pemeliharaan kepulauan ini didirikan di Belgia pada 1959.

Spesies yang penting termasuk:

  • Iguana darat, Conolophus subcristatus
  • Iguana laut, Amblyrhynchus cristatus (satu-satunya jenis iguana yang makan makanan dari laut)
  • Kura-kura Raksasa Galapgos, Geochelone elephantopus, dikenal sebagai Galápago dalam bahasa Spanyol, adalah binatang yang menjadi asal nama kepulauan ini.
  • 13 spesies endemis burung kutilang.
  • Pinguin Galapagos, Spheniscus mendiculus
  • Burung laut yang tak terbang, Nannopterum harrisi

Nama pulau-pulau besar dalam Kepulauan Galapagos adalah:

  • San Cristóbal
  • Española
  • Santa Fé
  • Genovesa
  • Floreana
  • South Plaza
  • Santa Cruz
  • Baltra
  • North Seymour
  • Marchena
  • Pinzón
  • Rábida
  • Bartolomé
  • Santiago
  • Pinta
  • Isabela
  • Fernandina
  • Wolf
  • Darwin
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Gal%C3%A1pagos

Kepulauan Natuna


Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna terletak paling utara Indonesia. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau, dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil Minyak dan Gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel.

Selain letaknya yang strategis kawasan Pulau Natuna dan sekitarnya pada hakikatnya dikaruniai serangkaian potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara memadai atau ada yang belum sama sekali, yang meliputi: Sumber daya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dengan total pemanfaatan hanya 36%, yang hanya sekitar 4,3% oleh Kabupaten Natuna. Pertanian & perkebunan seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit & cengkeh Objek wisata: bahari (pantai, pulau selam), gunung, air terjun, gua, dan budidaya Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna

Selasa, 09 Maret 2010

Pulau Kelor, Pulau Kecil Nan Eksotis


Setiap perjalanan ke Kepulauan Seribu, pastilah akan menjumpai pulau ini. Letaknya tidak jauh dari Pulau Bidadari. Setiap kapal yang melintasi perairan Pulau Untung Jawa dapat dipastikan akan bisa melihat pulau ini. Dari kejauhan hanya berbentuk bulat menyerupai cerobong asap pendek di tengah lautan. Namun bentuknya yang aneh inilah yang menjadi daya tarik pulau ini. Memang tidak terlihat tanah di pulau ini. Hanya ada hamparan pasir putih yang seakan-akan menyembul dari permukaan laut. Sesungguhnya itulah daratan dari Pulau Kelor.

Abrasi, terkikis air laut, itulah gambaran pulau kecil ini. Memang bentuknya tidak besar. Bahkan dalam foto masa silamnya, ketika Belanda masih bercokol di bumi pertiwi, pulau ini tetap kecil. Bila saja tidak terdapat beton-beton penahan gelombang, pulau ini mungkin sudah tenggelam. Beruntung benteng Martello yang berdiri kukuh yang membuat pulau ini layak dilindungi. Peninggalan masa silamnya harusnya membuat kita melakukan upaya dan tidak membiarkan Pulau Kelor tenggelam ditelan lautan.

Pulau Kelor, itulah nama pulau ini. Seperti halnya pepatah kuno, “Dunia tidak selebar daun kelor” memang identik dengan pulau ini. Daun kelor memang bentuknya kecil-kecil. Penamaan Pulau Kelor memang cocok untuk pulau ini. Kecil, tersendiri dan seperti menyembul dari permukaan laut.

Dahulu Pulau Kelor adalah salah satu benteng pertahanan Hindia Belanda yang memusatkan kegiatannya di Pulau Onrust. Setidaknya ada tiga benteng Martello di tiga gugusan pulau yaitu Pulau Kelor itu sendiri, Pulau Bidadari dan Pulau Onrust. Hanya dua yang masih meninggalkan jejaknya sementara benteng yang di Pulau Onrust sudah hilang jejaknya akibat penjarahan besar-besaran di tahun enam puluhan. Yang tersisa hanya sebuah lubang dengan sebuah plang yang menandakan disitulah dulu sebuah benteng bulat berdiri.

Di Pulau Bidadari benteng Martellonya tinggal separuh saja. Setengahnya rusak karena terhempas oleh gelombang pasang sewaktu gunung Krakatau meletus. Sementara di Pulau Kelor, benteng Martellonya cenderung masih utuh. Lubang-lubang jendelanya masih utuh bentuknya. Bahkan bagian dek/ lantai atas benteng, yang pada zaman itu menggunakan kayu, terlihat bekas-bekas dudukannya walau hanya berbentuk lubang-lubang seukuran balok kayu.

Pulau Kelor tidak memiliki dermaga sehingga menyulitkan kapal/ perahu merapat di pulau ini. Sisa-sisa dermaganya memang ada tetapi tidak adanya perawatan membuat sembilan puluh lima persen rusak. Akibatnya, dermaga tidak bisa sama sekali digunakan. Kalaupun ingin merapat ke pulau ini, harus pagi hari atau setidaknya sebelum tengah hari. Kabar yang pernah saya dapatkan adalah posisi pantai tidak memungkinkan didarati bila gelombangnya besar. Kapal bisa membentur bagian pulau yang berisi batuan-batuan pemecah gelombang atau menghantam dermaga yang rusak. Bisa juga kapalnya terjungkal karena adanya gelombang tidak memungkinkan bagian depan kapal menyentuh pantai berpasir di daratan pulau.

Posisi yang menyamping karena hempasan gelombang membuat kapal bisa limbung karenanya. Itulah sebabnya setelah gelombang datang, tidak akan ada kapal yang merapat ke pulau ini. Pemandu wisata di Pulau Onrust juga berpesan seperti itu. “Jika gelombang belum ada, mendaratlah ke Pulau Kelor. Kalau sudah datang gelombang, tidak perlu mampir di Pulau Kelor karena berbahaya.”

Ada cerita-cerita misterius seputar Pulau Kelor. Entah karena pulau ini kosong sehingga orang mengait-ngaitkan dengan hal-hal gaib. Ini menyangkut keberadaan kucing yang banyak berada di pulau ini. Entah dari mana kucing-kucing ini berasal. Saya hanya menduga kalau kucing-kucing itu dibuang oleh penduduk di sekitar pulau. Kucing-kucing inilah yang dikait-kaitkan dengan hal-hal yang misterius.

Ada orang yang memperingati saya untuk tidak mengganggu kucing-kucing tersebut atau menutup lubang-lubangnya.. Kucing-kucing memang banyak terdapat di Pulau Kelor. Para kucing biasanya berada di lubangnya masing-masing dalam benteng. Lubang ini asalnya adalah lubang ventilasi yang banyak terdapat di seputar benteng. Lubang ini kemudian menjadikan tempat para kucing berlindung dan bersembunyi. Bekas-bekas makanan juga banyak terdapat di seputar benteng. Kemungkinan para pengunjung memberi makan kucing dengan sisa-sisa makanan. Atau oleh para nelayan yang mampir di pulau ini.

Lepas dari cerita-cerita diatas, Pulau Kelor tetaplah sebuah pulau kecil yang eksostis. Pulau yang dari kejauhan yang memperlihatkan kemegahan benteng Martellonya ternyata menyimpan daya darik tersendiri untuk mengunjunginya. Semoga dalam pelayaran yang akan datang, saya akan sempat menginjakkan kaki di pulau kecil yang menarik ini (07/01/2008).


sumber: http://kepulauanseribu.multiply.com/journal

Padang Lamun di Kepulauan Seribu


Padang lamun memang belum banyak dikenal orang. Orang mungkin lebih familiar mendengar terumbu karang atau ekosistem mangrove dari pada padang lamun. Padahal ekosistem padang lamun sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam ekosistem perairan laut dangkal di Kepulauan Seribu.

Lamun sendiri adalah sejenis tumbuhan yaitu tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup tergenang di dalam air laut. Tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 3 meter dilautan tropis hingga sub tropis. Lamun bisa tumbuh pada daerah yang sangat luas, di pasir kasar/ puing-puing karang atau lumpur halus dasar laut. Lamun juga membentuk padang yang padat dan produktif hingga disebut sebagai padang lamun.

Di Kepulauan Seribu, berdasarkan temuan pihak TNKpS, jenis lamun yang ditemukan di kawasan ini terdiri dari enam jenis yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium.

Padang lamun biasa terdapat pada daerah teratas pasang surut, dibatasi oleh kondisi yang terbuka terhadap kekeringan. Sewaktu surut, biasanya padang lamun tidak sampai mengalami kekeringan karena masih digenangi oleh air laut walaupun terlihat dangkal. Pada waktu pasang, air menutup padang lamun, membentuk daerah yang terendam air pasang.

Fungsi padang lamun sebenarnya melengkapi ekosistem mangrove dan terumbu karang. Sebagai ekosistem perairan laut dangkal ini sangat potensial sebagai sumber makanan biota kecil dan biota tertentu seperti dugong, biota omnivora serta biota pemakan hijauan. Keberadaan padang lamun di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, adalah membantu menstabilkan perairan dan memantapkan substrat dasar. Daun lamun yang lebat akan memperlambat gerakan air akibat arus dan ombak sehingga perairan menjadi tenang.

Fungsi lainnya adalah rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan mengikat sedimen sehingga dapat menguatakan dan menstabilkan dasar permukaan. Padang lamun bisa dikatakan mencegah terjadinya erosi.

Di padang lamun, juga tumbuh berbagai jenis rumput laut, yang terdiri dari 18 jenis yaitu 9 dari jenis alge hijau (chlorophyta), 3 jenis adri algae coklat (phaeophyta) dan 6 jenis algae merah ( Rhodophyta). Keberadan rumput laut ini tentukan akan memperkaya padang lamun sehingga bisa membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Walaupun lamun belum banyak dikenal, keberadaannya dinyakini sebagai satu kesatuan system dalam fungsi ekologis di lautan.

sumber : TNLKpS, Pusat Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut

Pulau Umang


Kumpulan.info - Sambil menyusuri dermaga menuju pulau, kita akan melihat pasirnya yang putih dan birunya laut. Pemandangan pantai yang indah, sehingga tempat ini juga bisa dipakai dalam foto prewedding. Ketika sampai di lobby, Anda akan langsung disambut dengan minuman selamat datang yang berupa juice dan handuk basah yang segar. Sangat menyegarkan setelah harus melakukan perjalanan yang memakan waktu sekitar 5 jam dari Jakarta. Pengelola juga menyediakan transportasi dari Jakarta bila kita enggan menggunakan kendaraan sendiri.

Di pulau ini terdapat resort atau villa. Suite tempat bermalam sangat nyaman. Setiap villa terbagi 2 sama besar dengan pintu sebagai penghubung. Ruang tamu yang dilengkapi sofa membuat kita dapat lebih menikmati saat berkumpul di ruangan ini. Kamar mandi bergaya pedesaan, dengan hiasan dari tanah liat yang berkesan alami. Pada lantai atas, terdapat tempat tidur yang sangat romantis dengan bagian atas dari kaca, sehingga kita dapat memandang bintang pada malam hari.

Pulau ini memang tidak besar, hanya seluas 5 hektar, tapi fasilitas yang tersedia cukup lengkap Bagi yang senang bermain air dan olahraga, Anda dapat bermain jet ski, banana boat, atau snorkeling. Ada juga kolam renang yang berbatasan dengan pantai, jadi sambil berenang kita juga bisa menikmati indahnya pantai. Selesai berenang, tersedia jacuzzi untuk memijat tubuh yang pegal. Bila Anda senang untuk bermalas-malasan, ada juga paket spa, dimana kita dapat menikmati pijat dengan aromaterapi disertai suara deburan ombak.

Perairan di pulau ini masih banyak terdapat ikan. Di dekat dermaga, kita dapat melihat kumpulan ikan yang berkelompok. Ini dapat menjadi tempat untuk Anda yang mempunyai hobby memancing. Untuk anak-anak, ada juga berbagai permainan untuk anak seperti ayunan, trombolin, dll.

Kita juga dapat bersantai di gazebo yang terdapat di depan masing-masing suites tempat kita menginap dan berada tepat di pantai. Tempat yang ideal untuk menikmati sunrise atau sunset. Saat makan malam suasana romantis bisa Anda dapatkan bila ingin makan di tepi pantai sambil mendengar suara ombak. Atau bisa juga di dalam cafe sambil mendengarkan alunan lagu yang dilantunkan penyanyi.

Dekat dengan pulau Umang, terdapat pulau Oar. Pulau ini belum terlalu dikelola dan masih sangat alami. Berbagai jenis kerang-kerangan masih banyak di tempat ini. Untuk menuju ke tempat ini, kita bisa menggunakan kapal nelayan yang disediakan dari Pulau Umang.

Sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan, terdapat juga toko yang menjual berbagai souvenir berupa kaos atau topi yang berlogo Pulau Umang. Ada juga pajangan dari kerang dan gantungan kunci. Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, jadi tidak akan menguras kantong kita.

Pulau Umang memang tempat yang cocok untuk honeymoon, liburan bersama keluarga atau outing. Hanya saja, perjalanan menuju pulau ini yang dirasa masih kurang nyaman. Selain jaraknya yang jauh, jalan yang harus dilewati berkelok-kelok dan naik turun. Jalanan juga masih sepi dan hanya untuk 2 kendaraan. Jadi Anda harus berhati-hati dalam perjalanan.


sumber: http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/53-tempat-wisata/78-pulau-umang.html

Rabu, 03 Maret 2010

Pulau Komodo


Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah barat Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.

Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.

Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Komodo

Pulau Bidadari


Pagi itu panas matahari belum begitu terik, namun kesibukan di Dermaga 17 Pantai Marina Ancol sudah terlihat. Antrean orang yang akan naik kapal cepat ke berbagai pulau di gugusan Pulau Seribu sudah mulai bersiap-siap naik ke perahu masing-masing. Pak Nur ( 41 ), Kapten kapal cepat yang akan menuju P.Bidadari juga terlihat berdiri diatas kapal untuk melihat kesiapan kapal yang akan dikemudikannya.
Jika ingin pergi ke berbagai gugusan Kepulauan Seribu gampang saja, datang saja ke Pantai Marina Ancol. Di situ anda tinggal beli tiket kapal, kemudian memilih tujuan, menunggu sebentar dan berangkat. Salah satu service yang disediakan adalah berlayar menuju Pulau Bidadari, salah satu gugusan Kepulauan Seribu yang terdekat dengan Jakarta. Rute Marina – P.Bidadari tersedia tiap hari, dimana keberangkatan kapal jam sembilan pagi dan kepulangannya jam tiga sore.

Kalau hari libur atau Sabtu & Minggu kapal tetap berangkat jam sembilan pagi, namun jam kepulangan menjadi dua kali, jam dua dan jam empat sore. Harga tiket juga berbeda, hari biasa adalah Rp 160,000 ,- per orang sedangkan hari libur adalah Rp 200,000 / orang. Selain tiket pulang dan pergi, harga tiket tersebut termasuk welcome drink dan makan siang di restoran P.Bidadari.

Setelah menunggu beberapa saat di Dermaga 17 Pantai Marina Ancol, petugas kapal mempersilahkan penumpang untuk masuk. Sesaat kemudian kapal yang kami tumpangi berputar, maju pelan-pelan dan mulai membelah lautan. Makin lama kecepatan kapal makin betambah, hingga para penumpang yang berada di dalamnya terasa diayun-ayun dan digoyang-goyang. Walaupun begitu para penumang tetap berasa aman di dalamnya, karena kapalnya lumayan besar dan tertutup, sehingga cipratan air tidak masuk ke dalam. Ruangan kapal juga relatif bersih dan nyaman. Susunan tempat duduknya juga asyik, kursi busa dengan posisi tiga kursi samping kanan dan tiga kursi samping kiri yang dipisahkan oleh jalan di tengahnya. Tak begitu lama, kurang lebih hanya dua puluh menit di atas kapal, rimbunan dedaunan Pulau Bidadari sudah kelihatan, dan merapalah kapal yang kami tumpangi di dermaga kayu pulau tersebut.

Patung Sang Tanduk Tujuh Belas yang sedang mengangkat kakinya menyambut kedatangan para pengunjung. Bahkan sambutan tersebut disertai dengan bunyi puisi yang tertulis di bawah patung yang berbunyi sebagai berikut,”Singa Beraung dihutan-hutan, Hiu berteriak, Aku raja dilautan, Dan rajawali, Bebas terbang tinggi di awan – Disini Sang Tanduk Tujuh Belas, Akrab berbisik, Kepada para wisatawan, Saya hanyalah penjaga kepulauan – Cinta persahabatan, Cinta perdamaian, Cinta ketenangan, Dan cinta keindahan”. Merenung sejenak setelah membaca pusisi tersebut, welcome drink pun siap sedia diatas meja yang terletak di samping meja resepsionis. Di pintu masuk terdapat beberapa petugas yang sudah siap sedia melayani segala keperluan para pengunjung. Pemandu wisata juga tersedia bagi para pengunjung yang ingin penjelasan detail tentang P.Bidadari.

Karena ingin lebih bebas menikmati asrinya pulau, kami pun memutuskan untuk mengelilingi Pulau Bidadari tanpa menggunakan pemandu. Toh sudah tersedia juga brosur yang lumayan lengkap yang berisi tentang pulau ini. Mengitari pulau berlawanan arah dengan jarum jam, kami melintasi bungalow-bungalow yang tidak begitu besar, namun terlihat teduh dan asri. Karena hampir di setiap sudut daratan pulau ini tumbuh pohon Keben dan beberapa pohon lain yang terlihat sangat subur. Terus berjalan ke dalam kita akan menemukan Benteng yng sudah rusak, namun masih terlihat sisa-sisa keperkasaannya. Bangunan yang berfungsi sebagai menara pengawas dan benteng di Pulau Bidadari ini berbentuk bundar dengan garis tengah 23 meter da tebal dinding 2,50 meter. Pada dinding ini terdapat deretan jendela-jendela besar dan kecil. Pada bagian dalam bangunan ini terdapat tujuh ruangan lantai dasar yang dipisah-pisahkan dengan skat tembok bata.

Salah satu ruangan yag tertutup berfungsi sebagai tempat penyimpanan amunisi. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah dinding lingkaran lagi yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih untuk keperluan minum dan memasak bagi para tentara yang sedang berjaga. Sebelum dilakukan penggalian arkeologi, bangunan menara pengawas di Pulau Bidadari ini tidak terlihat wujudnya sebab seluruh permukaan bangunan tertimbun oleh puing-puing dan ditumbuhi oleh pohon-pohon besar serta ilalang. Namu setelah dilakukan penelitian dan penggalian oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, akhirnya dapat diperlihatkan wujud dari sisa-sisa bangunan menara tersebut. Menara pengawas ini bertingkat dua, hal ini dibuktikan dengan adanya lubang-lubang penyangga balok lantai. Ruangan-ruangan pada lantai dua ada tujuh buah. Kemungkinan ruangan dilantai dua ini berfungsi sebagai ruangan tidur sekaligus tempat pengintaian.

Bentuk bangunan menara pengawas ini di Eropa lebih dikenal dengan sebutan Menara Martello. Yang pertama kali diperkenalkan oleh Perancis, atau tepatnya d pulau Corsica pada abad 18. Ketika terjadi pemberontakan di pulau tersebut pada tahun 1794, mereka meminta bantuan Inggris untuk membantu menyerang. Namun untuk menaklukan Corsica, Inggris kewalahan merebut benteng menara di Martello Point yang menjaga pintu masuk teluk Fiorenzo. Benteng itu cukup ampuh dalam pertahanan, sehingga sekembalinya dari perang, Inggris mendirikan bangunan yang sama di negaranya. Kemudian bangunan ini tidak saja ditiru oleh Inggris melainkan juga Belanda. Tak heran jika Belanda mendirikan pula menara Martello di negeri jajahan seperti Indonesia sebagai bagian dari sistim pertahanannya. Dan salah satunya didirikan di Pulau Bidadari yang bekasnya masih bisa kita lihat sampai sekarang. Disamping itu ada benteng yang setipe dengan Martello yang terletak disebelah utara Pulau Bidadari. Bisa ditempuh dengan menggunakan perahu kurang lebih sepuluh menit.

Di sebelah utara benteng merupakan sisi pantai utara sebagai batas Pulau Bidadari bagian utara. Pantainya terlihat lebih bersih dan lebih bening dibanding dengan pantai sisi selatan. Hal ini dikarenakan pantai utara tidak berhadapan langsung teluk Jakarta yang sudah banyak tercemar. Beberapa tempat duduk kecil yang menghadap pantai tersedia disisi pantai. Duduk-duduk dikursi tersebut sambil melihat pemandangan laut biru, diterpa angin laut yang sepoi-sepoi merupakan hal yang sangat menyenangkan. Setelah puas mengelilingi pulau ini, senang, segar, capai dan rasa lapar bercampur jadi satu. Maka dari itu bersiaplah untuk menikmati hidangan makanan yang disediakan oleh restaurant dengan menukarkan voucher yang kita dapatkan ketika membeli tiket kapal. Menu yang tidak mewah, namun juga tidak bisa dikatakan sederhana, nasi dan lauk pauk lengkap serta hidangan penutup betul-betul menjadi pengobat rasa lapar yang ada.

Karena restoran yang langsung berhadapan dengan pantai, asyik sekali makan sambil menatap laut, mendengar ombak yang mendayu-dayu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat ketika berada di pulau ini, kapal penjemput sudah siap di dermaga, satu per satu penumpang naik dan kami kembali ke dermaga 17.

Penulis : AMGD
Lokasi : Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Utara
Fotografer : AMGD
Sumber : Navigasi.Net